Handayat.com – Bulan lalu, tepatnya pada tanggal 15 Juni 2019, umurku memasuki 17 tahun. Di umur yang segitu, aku sangat bersyukur dan merasa menjadi orang paling beruntung di dunia ini. Pasalnya, meskipun aku terlahir bukan dari keluarga yang kaya raya, tetapi aku masih bisa mendapatkan pendidikan yang layak, kesehatan yang baik, dan juga keluarga yang sangat sayang kepadaku.
Di luar sana, banyak banget teman-teman kita yang hidupnya kurang beruntung. Banyak di antara mereka yang putus sekolah, mengalami masalah pada kesehatannya, bahkan di antara mereka ada yang dalam keluarganya mengalami banyak masalah sehingga menjadi anak broken home, sedih banget kan?
Padahal anak-anak memiliki peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Tanpa adanya peranan anak-anak muda, maka bangsa Indonesia tentunya akan sulit mengalami perubahan dan bangsa Indonesia akan mudah pula kehilangan identitas. Adapun peranannya tersebut adalah sebagai berikut:
- Anak-anak muda berperan sebagai agent of change atau sebagai agen perubahan
- Selain itu, anak anak Indonesia juga sebagai agent of development atau agen pembangunan.
- Selanjutnya anak anak muda Indonesia juga berperan sebagai agent of modernization atau agen pembaharuan bangsa Indonesia.
![]() |
Permasalahan Anak di Indonesia |
Tapi hal yang menyedihkannya, meskipun memiliki peranan yang sangat penting bagi bangsa ini, tapi anak-anak di Indonesia memiliki banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Permasalahan ini jika tidak diselesaikan nantinya akan menjadi hambatan bagi anak-anak dalam menjalankan peran mereka sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.
Rendahnya akses anak melanjutkan pendidikan
Masalah pertama yang kerap kali dihadapi oleh anak-anak di Indonesia adalah rendahnya akses untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Padahal pendidikan adalah salah satu pondasi dari berbagai peranan di atas, jika tidak adanya pendidikan yang baik maka anak anak di Indonesia tentunya akan merasakan kesulitan untuk menjalankan peran mereka sebagai generasi penerus bangsa.
Yang paling mengkhawatirkan, ada sekitar 4.1 juta anak berusia antara 6-21 tahun tidak bersekolah berdasarkan data dari Mendikbud. Banyak faktor yang menyebabkan anak anak di Indonesia tidak bisa melanjutkan pendidikannya, misalnya karena sedikitnya jumlah gedung sekolah.
Data Pusat Pendidikan di Indonesia mencatat bahwa jumlah gedung SD yang tersebar di Indonesia ada sekitar 147 ribu, sedangkan jumlah gedung SMP hanya sekitar 36 ribu saja. Selain jumlah sekolah yang tidak sebanding, faktor ekonomi juga jadi permasalahan yang harus dihadapi pemerintah.
Rendahnya Status Gizi Pada Anak
Permasalahan selanjutnya yang sering juga dialami oleh anak anak di negeri ini adalah rendahnya status gizi. Data pemantauan status gizi (PSG) 2017 di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di Indonesia memperlihatkan ada 3,8 persen balita dengan gizi buruk, 14 persen kurang gizi, 29,6 persen stunting (pendek), dan 9,5 persen wasting (kurus).
Padahal gizi merupakan hal yang penting bagi seorang anak, karena gizi merupakan faktor penentu utama kualitas SDM. Status gizi yang baik pada anak akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya, salah satunya dapat meningkatkan kemampuan intelektual yang akan berdampak pada prestasinya di sekolah.
Maraknya Kekerasan Terhadap Anak
Selain dua permasalahan di atas, permasalahan lainnya yang kerap kali melanda generasi penerus bangsa adalah masalah kekerasan. Menurut Dian Kartikasari, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia, yang aku kutip dari situs web kumparan.com, banyak di antara anak-anak Indonesia yang masih belum bisa menikmati hak atas rasa aman, baik di ruang publik, sekolah maupun di dalam rumahnya sendiri. Wah, miris banget kan?
Di media, kita tak jarang menemukan banyak sekali berita-berita mengenai kekerasan pada anak di negeri kita, mulai dari anak yang dipukul, ditampar, disiksa bahkan sampai ada yang dibunuh. Dari tulisan yang ku baca di web Tirto.id, KPAI mencatat ada sebanyak 4.294 kasus kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orang terdekatnya, seperti keluarga dan pengasuh pada tahun 2011-2016. Dan kasus paling banyak terjadi pada 2013, yaitu 931 kasus kekerasan pada anak. Tapi untungnya, jumlah ini terus menurun menjadi 921 kasus di 2014, 822 kasus di 2015, dan 571 kasus di 2016.
![]() |
Organisasi Save The Children |
Berbicara mengenai anak-anak, ada sebuah organisasi keren yang didirikan khusus untuk memberikan dukungan terhadap hak-hak anak dan membantu anak-anak, terutamanya anak-anak di negara berkembang. Mungkin di antara sobat sudah pernah mendengarkan nama organisasi ini. Organisasi ini bernama Save The Children.
Organisasi ini didirikan di Inggris pada tahun 1919 yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan anak-anak melalui pendidikan yang lebih baik, perawatan kesehatan, dan kesempatan ekonomi, serta memberikan bantuan darurat akibat bencana alam, perang, dan konflik lainnya. Wahh, keren banget kan?
Lewat program kerjanya yang keren, organisasi Save The Children sudah banyak banget membantu anak-anak di dunia loh, termasuk juga anak-anak di Indonesia. Apa-apa saja sih program kerjanya?
Memperjuangkan Hak Anak
- Survive yaitu program yang berfokus pada kesehatan dan gizi.
- Learn yaitu program yang diciptakan untuk anak-anak agar mendapatkan akses pendidikan layak.
- Be Proctected yaitu program yang berfokus untuk perlindungan anak. Agar anak-anak terlindungi dari hukuman fisik dan hukuman yang membahayakan, baik di rumah maupun di sekolah.
Aksi Kemanusiaan
Race for Survival
Gambar vector: freepik.com
Tergantung individunya juga sih, nggak semua anak zaman sekarang itu buruk.
Saya miris dengan anak-anak zaman sekarang.. berbeda dengan kami yang generasi 90. Anak-anak sekarang sangat liar, semoga masih ada anak-anak remaja yang masih terselamatkan. Supaya negara kita bisa maju.